Rabu, 04 Maret 2009

Pala Aceh

Peluang Ekonomi Budidaya Tanaman P ala
Oleh Sudirman BPSNT Banda Aceh
Abstrak
Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kabupaten Aceh Selatan identik dengan daerah pala. Tanaman ekonomi yang banyak menyokong penghidupan masyarakat, sehingga tanaman pala merupakan tumpuan harapan bagi sebagian besar masyarakat Aceh Selatan. Tanaman pala di Aceh Selatan merupakan tanaman yang sudah membudaya. Tidak pelak lagi, pala bagi masyarakat Aceh Selatan merupakan komoditas primadona, tanaman yang menghasilkan devisa terbesar bagi daerah. Kendala yang dihadapi, pengelolaan tanaman tersebut masih dilakukan secara tradisional, untuk itu perlu dipikirkan bagaimana mengelola tanaman pala tersebut dilakukan secara lebih baik dan ramah lingkungan.

Pendahuluan
Pala merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala menyebar ke Pulau Jawa, kemudian terus meluas sampai Sumatera, khususnya di Aceh Selatan.
Pada mulanya tanaman pala telah meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat. Namun, mengganasnya serangan hama pengerat batang dan bubuk cabang tanaman pala akhir-akhir ini hanya salah satu akibat terganggunya ekosistem di daerah Aceh Selatan sendiri. Yang utama karena memang makin banyak masyarakat yang melakukan pemotongan kayu liar di dalam daerah Taman Nasional Gunung Leuser.
Belum lagi kurangnya pengetahuan petani untuk menggunakan insektisida. "Sebab dengan kesalahan dalam penggunaan insektisida tersebut justru akan memuat hama bersangkutan makin kebal terhadap insektisida. Akibatnya serangan berikutnya akan jauh lebih ganas lagi.
Tentu kalau hal tersebut dibiarkan maka akan menurunkan produk minyak pala yang menjadi hasil utama home industri daerah tersebut. "Karena hingga saat ini jumlah perusahaan minyak pala yang telah tercatat sudah mencapai angka 35. Dari masing-masing perusahaan itu hasil minyak pala per tahunnya mencapai dua ton. Dengan demikian dari 35 perusahaan yang ada berarti per tahun hasil minyak pala Aceh Selatan mencapai 70 ton.
Meski hasil minyak pala Aceh Selatan sudah beredar hingga ke Medan terus ke Hongkong, dank e Negara lain, namun kehidupan petani perajin minyak palanya masih jauh dari menyenangkan. Karena sebagian besar petani perajin minyak pala itu hanya menjadi operator dari ketel penyulingan yang mereka miliki.
Kalau begitu apa harus dilakukan guna perbaikan kehidupan petani tanaman pala dan petani penggarap minyak palanya. Karena membiarkan hama pengerat batang merajalela berarti membunuh mereka. Tetapi membiarkan mereka tergantung kepada para toke pun berarti tidak melepas tali penjerat leher mereka.
Karena itu perlu dipikirkan bagaimana petani pala tersebut dapat mengelola secara mandiri berdasarkan pengetahuan dan bantuan modal usaha sehingga lebih meningkatkan kehidupan para petani, juga akan tetap membuat nama Aceh berada di urutan kedua sebagai penghasil pala terbesar di Indonesia.
Tanaman Pala
Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain: 1) Myristica fragrans Houtt, 2) Myristica argentea Ware, 3) Myristica fattua Houtt, 4) Myristica specioga Ware, 5) Myristica Sucedona BL, 6) Myristica malabarica Lam. Jenis pala yang banyak diusahakan adalah terutama Myristica fragrans, sebab jenis pala ini mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya. Disusul jenis Myristica argentea dan Myristica fattua. Jenis Myristica specioga, Myristica sucedona, dan Myristica malabarica produksinya rendah sehingga nilai ekonomisnya pun rendah pula.

Manfaat Tanaman
Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik. Batang/kayu pohon pala dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala dapat menghasilkan minyak atsiri.
Fuli, fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala (Aceh ; kawi pala). Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual di dalam negeri.
Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa
nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah, dan lain-lainya.
Daging buah pala, daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kristal daging buah pala, di Aceh Selatan dikenal dengan kue pala dan sirup pala.

Syarat Tumbuh
Tanaman pala membutuhkan iklim yang panas dengan curah hujan yang tinggi dan agak merata dan tidak banyak berubah sepanjang tahun. Suhu udara lingkungan 20-30 derajat C sedangkan curah hujan terbagi secara teratur sepanjang tahun. Tanaman pala tergolong jenis tanaman yang tahan terhadap musim kering selama beberapa bulan.
Tanaman pala membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat cocok pada tanah vulkasnis yang mempunyai pembuangan air yang baik. Tanaman pala tumbuh baik di tanah yang bertekstur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organis yang tinggi. Sedangkan pH tanah yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5 – 6,5. Tanaman ini peka terhadap gangguan air, maka harus memiliki saluran drainase yang baik. Pada tanah-tanah yang miring seperti pada lereng pegunungan, agar tanah tidak mengalami erosi sehingga tingkat kesuburannya berkurang, maka perlu dibuat teras-teras melintang lereng. Tanaman pala dapat tumbuh baik di daerah yang mempunyai ketinggian 500-700 m, sedangkan pada ketinggian di atas 700 m, produksitivitas tanaman akan rendah.

Petunjuk Budidaya
Pemilihan Biji
Perbanyakan dengan biji dapat dilakukan dengan mengecambahkan biji. Dalam hal ini biji yang digunakan berasal dari : 1. Biji sapuan, biji yang dikumpulkan begitu saja tanpa diketahui secara jelas dan pasti mengenai pohon induknya. 2. Biji terpilih, biji yang asalnya atau pohon induknya diketahui dengan jelas. Dalam hal ini ada 3 macam biji terpilih, yaitu : (1) biji legitiem, yaitu biji yang diketahui dengan jelas pohon induknya (asal putiknya jelas diketahui); (2) biji illegitiem, yaitu biji yang berasal dari tumpang sari tidak diketahui, tetapi asal putiknya jelas diketahui; (3) biji Propellegitiem, yaitu biji yang terjadi hasil persilangan dalam satu kebun yang terdiri dua klon atau lebih. Biji-biji yang akan digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yang benar-benar masak. Buah pala bijinya akan digunakan sebagai benih hendaknya berasal dari pohon pala yang mempunyai sifat-sifat: (1) pohon dewasa yang tumbuhnya sehat; (2) mampu berproduksi tinggi dan kwalitasnya.
Buah pala yang dipetik dari pohon dan akan dijadikan benih harus segera diambil bijinya, paling lambat dalam waktu 24 jam biji-biji tersebut harus sudah disemaikan. Hal ini disebabkan oleh sifat biji pala yang daya berkecambahnya dapat cepat menurun.

Penyemaian
Tanah tempat penyemaian harus dekat sumber air untuk lebih memudahkan melakukan penyiraman pesemaian. Tanah yang akan dipakai untuk penyemaian harus dipilih tanah yang subur dan gembur. Tanah diolah dengan cangkul dengan kedalaman olakan sekitar 20 cm dan dibuat bedengan dengan ukuran lebar sekitar 1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm, tergantung biji pala yang akan disemaikan. Bedengan dibuat membujur Utara-Selatan. Kemudian tanah yang sudah diolah tersebut dicampuri dengan pupuk kandang yang sudah jadi (sudah tidak mengalami fermentasi) secara merata secukupnya supaya tanah bedengan tersebut menjadi gembur. Sekeliling bedengan dibuka selokan kecil yang berfungsi sebagai saluran drainase.
Bedengan diberi peneduh dari anyaman daun kelapa/jerami dengan ukuran tinggi sebelah Timur 2 m dan sebelah Barat 1 m. maksud pemberian peneduh ini adalah agar pesemaian hanya terkena sinar matahari pada pagi sampai menjelang siang hari dan pada siang hari yang panas terik itu persemaian itu terlindungi oleh peneduh.
Tanah bedengan disiram air sedikit demi sedikit sehingga kebasahannya merata dan tidak sampai terjadi genangan air pada bedengan. Kemudian biji-biji pala disemaikan dengan membenamkan biji pala sampai sedalam sekiat 1 cm di bawah permukaan tanah bedengan. Jarak persemaian antar-biji adalah 15X15 cm. Posisi dalam membenamkan biji/benih harus rapat, yakni garis putih pada kulit biji terletak di bawah. Pemeliharaan pesemaian terutama adalah menjaga tanah bedengan tetap dalam keadaan basah (disiram dengan air) dan menjaga agar tanah bedengan tetap bersih dari gulma).
Setelah biji berkecambah yaitu sudah tumbuh bakal batangnya. Maka bibit pada pesemaian tersebut dapat dipindahkan ke kantong polibag yang berisi media tumbuh berupa tanah gembur yang subur dicampur dengan pupuk kandang. Pemindahan bibit dari pesemaian ke kantong polybag harus dilakukan secara hati-hati agar perakarannya tidak rusak.
Polibag yang sudah berisi bibit tanaman harus diletakkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari/diletakkan berderet-deret dan diatasnya diberi atap pelindung berupa anyaman daun kelapa/jerami. Pemeliharaan dalam polibag terutama adalah menjaga agar media tumbuhnya tetap bersih dari gulma dan menjaga media tumbuh dalam keadaan tetap basah namun tidak tergantung air. Agar tidak tergenang air, bagian bawahnya dari polybag harus diberi lubang untuk jalan keluar air siraman/air hujan.
Bibit-bibit tersebut dapat dilakukan pemupukan ringan, yakni dengan pupuk TSP dan urea masing-masing sektar 1 gram tiap pemupukan. Pupuk ditaruh di atas permukaan media tumbuh kemudian langsung disiram. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan. Setelah bibit tanaman mempunyai 3–5 batang cabang, maka bibit ini dapat dipindahkan/ditanam di lapangan.
Melalui Cangkok (Marcoteren), perbanyakan tanaman pala dengan cara mencangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang mempunyai sifat-sifat asli induknya (pohon yang dicangkok). Hal yang diperhatikan dalam memilih batang/cabangyang akan dicangkok adalah dari pohon yang tumbuhnya sehat dan mampu memproduksi buah cukup banyak, pohon yang sudah berumur 12–15 tahun. Batang/cabang yang sudah berkayu, tetapi tidak terlalu tua/terlalu muda.
Cara mencangkok (marcotern), a) Batang/cabang dikelupas kulitnya dengan pisau tajam secara melingkar sepanjang 3–4 cm. Posisi cangkokan sekitar 25 cm dari pangkal batang/cabang. Lendir/kambium yang melapisi kayu dihilangkan dengan cara disisrik kambiumnya, batang yang akan dicangkok tersebut dibiarkan selama beberapa jam sampai kayunya yang tampak itu kering benar. b) Ambillah tanah yang gembur dan sudah dicampuri dengan pupuk kandang dalam keadaan basah dan menggumpal. Kemudian tanah tersebut ditempelkan/dibalutkan pada bagian batang yang telah dikuliti berbentuk gundukan tanah. Gundukan tanah tersebut kemudian dibalut dengan sabut kelapa/plastik. Agar tanah dapat melekat erat pada batang yang sudah dikuliti, maka sabut kelapa/plastik pembalut itu diikat dengan tali secara kuat pada bagian bawa, bagian tengah dan bagian atas. Bila menggunakan pembalut dari palstik, maka bagian atas dan bagian bawah harus diberi lubang kecil untuk memasukkan air siraman (lubang bagian atas) dan sebagai saluran drainase (lubang bagian bawah).
Apabila pencangkokkan ini berhasil dengan baik, maka setelah 2 bulan akan tumbuh perakarannya. Jika perakaran cangkokkan itu sudah siap untuk dipotong dan dipindahkan keranjang atau ditanam langsung di lapangan.
Dengan Cara Peyambungan (Enten dan Okulasi), sistem penyambungan ini adalah menempatkan bagian tanaman yang dipilih pada bagian tanaman lain sebagai induknya sehingga membentuk satu tanaman bersama. Sistem penyambungan ini ada dua cara, yakni : Penyambungan Pucuk (entern, grafting), penyambungan pucuk ini ada tiga macam yaitu : Enten celah (batang atas dan batang bawah sama besar), Enten pangkas atau kopulasi, dan Enten sisi (segi tiga). Penyambungan mata (okulasi), penyambungan mata ada tiga macam yaitu : Okulasi biasa (segi empat), Okulasi “T”, dan Forkert.
Setelah 3-4 bulan sejak penyambungan dengan sistem enten atau okulasi itu dilakukan dan jika telah menunjukkan adanya pertumbuhan batang atas (pada penyambungan enten) dan mata tunas (pada penyambungan okulasi), tanaman sudah dapat ditanam di lapangan.
Dengan cara penyusuan (Inarching Atau Approach Grafting), dalam sistem penyusuan ini, ukuran batang bawah dan batang atas harus sama besar (kurang lebih besar jari tangan orang dewasa). Cara melakukannya adalah : Pilihlah calon bawah dan batang atas yang mempunyai ukuran sama, lakukanlah penyayatan pada batang atas dan batang bawah dengan bentuk dan ukuran sampai terkena bagian dari kayu, dan tempelkan batang bawah tersebut pada batang atas tepat pada bekas sayatan tadi dan ikatlah pada batang atas tepat pada bekas sayatan dan ikat dengan kuat tali rafia.
Setelah beberapa waktu, kedua batang tersebut akan tumbuh bersama-sama seolah-olah batang bawah menyusu pada batang atas sebagai induknya. Dalam waktu 4–6 minggu, penyusuan ini sudah dapat dilihat hasilnya. Jika batang atas daun-daunnya tidak layu, maka penyusuan itu dapat dipastikan berhasil. Setelah 4 bulan, batang bagian bawah dan bagian atas sudah tidak diperlukan lagi dan boleh dipotong serta dibiarkan tumbuh secara sempurna. Jika telah tumbuh sempurna, maka bibit dari hasil penyusuan tersebut sudah dapat ditanam di lapangan.
Dengan Cara Stek, tanaman pala dapat diperbanyak dengan stek tua dan muda yang dengan 0,5% larutan hormaon IBA. Penyetekan menggunakan hormon IBA 0,5%, biasanya pada umur 4 bulan setelah dilakukan penyetekan sudah keluar akar-akarnya. Kemudian tiga bulan berikutnya sudah tumbuh perakaran yang cukup banyak. Percobaan lain adalah dengan menggunakan IBA 0,6% dalam bentuk kapur. Penyetekan dengan menggunakan IBA 0,6%, biasanya setelah 8 minggu sudah terbentuk kalus di bagian bawah stek. Kemudian jika diperlukan untuk kedua kalinya dengan larutan IBA 0,5%, maka setelah 9 bulan kemudian sudah tampak perakaran.
Teknik Penanaman
Penanaman bibit dilakukan pada awal musim hujan. Hal ini untuk mencegah agar bibit tanaman tidak mati karena kekeringan, bibit tanaman yang berasal dari biji dan sudah mempunyai 3–5 batang cabang biasanya sudah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan sehingga pertumbuhannya dapat baik.
Penanaman yang berasal dari biji dilakukan dengan cara sebagai berikut: polybag (kantong pelastik) di lepaskan terlebih dahulu, bibit dimasukkan kedalam lubang tanam dan permukaan tanah pada lubang tanam tersebut dibuat sedikit dibawah permukaan lahan kebun. Setelah bibit-bibit tersebut ditanam, kemudian lubang tanam tersebut disiram dengan air supaya media tumbuh dalam lubang menjadi basah.
Apabila bibit pala yang berasal dari cangkok, maka sebelum ditanam daun-daunnya harus dikurangi terlebih dahulu untuk mencegah penguapan yang cepat. Lubang tanam untuk bibit pala yang berasal dari cangkang perlu dibuat lebih dalam. Hal ini dimaksudkan agar setelah dewasa tanaman tersebut tidak roboh karena sistem akaran dari bibit cangkokan tidak memiliki akar tunggang. Setelah bibit di tanam, lubang tanam harus segera disiram supaya media tumbuhan menjadi basah.
Penanaman bibit pala yang berasal dari enten dan okulasi dapat dilakukan seperti menanam bibit-bibit pala yang berasal dari biji. Lubang tanaman perlu dipersiapkan satu bulan sebelum bibit ditanam. Hal ini bertujuan agar tanah dalam lubangan menjadi dayung (tidak asam), terutama jika pembuatannya pada musim hujan, lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm untuk jenis tanah ringan dan ukuran 80x80x80 cm untuk jenis tanah liat. Dalam menggali lubang tanam, lapisan tanah bagian atas harus dipisahkan dengan lapisan tanah bagian bawah, sebab kedua lapisan tanah ini mengandung unsur yang berbeda. Setelah beberapa waktu, tanah galian bagian bawah di masukkan lebih dahulu, kemudian menyusul tanah galian bagian atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang secukupnya. Jarak tanam yang baik untuk tanaman pala adalah: pada lahan datar adalah 9x10 m. Sedangkan pada lahan bergelombang adalah 9x9 m.
Pemeliharaan Tanaman
Untuk mencegah kerusakan atau bahkan kematian tanaman, maka perlu di usahakan tanaman pelindung yang pertumbuhannya cepat, misalnya tanaman jenis Clerisidae atau jauh sebelumnya bibit pala di tanam, lahan terlebih dahulu di tanami jenis tanaman buah-buahan/tanaman kelapa. Penyulaman harus dilakukan jika bibit tanaman pala itu mati/pertumbuhannya kurang baik. Pada akhir musim hujan, setelah pemupukan sebaiknya segera dilakukan penyiraman agar pupuk dapat segera larut dan diserap akar. Pada waktu tanaman masih muda, pemupukan dapat dilakukan dengan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik ( pupuk kimia sama dengan pupuk buatan) yaitu berupa TSP, Urea dan KCl. Namun jika tanaman sudah dewasa/sudah tua, pemupukan yang dan lebih efektif adalah pupuk anorganik. Pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir musim hujan. Sebelum pemupukan dilakukan, hendaknya dibuat parit sedalam 10 cm dan lebar 20 cm secara melingkar di sekitar batang pokok tanaman selebar kanopi (tajuk pohon), kemudian pupuk TSP, Urea dan KCl ditabur dalam parit tersebut secara merata dan segera ditimbun tanah dengan rapat. Jika pemupukan di lakukan padaawal musim hujan, setelah dilakuakan pada akhir musim hujan, maka untuk membantu pelarutan pupuk dapat dilakukan penyiraman, tetapi jika kondisinya masih banyak turun hujan tidak perlu dilakukan penyiraman.
Hama dan Penyakit
Hama
Penggerek batang (Batocera sp). Tanaman pala yang terserang oleh hama ini dalam waktu tertentu dapat mengalami kematian. Gejalanya terdapat lubang gerekan pada batang diameter 0,5–1 cm, di mana didapat serbuk kayu. Pengendaliannya (1) menutup lubang gerekan dengan kayu/membuat lekukan pada lubang gerekan dan membunuh hamanya. Memasukkan/menginjeksikan (menginfuskan) racun serangga seperti Dimicron 199 EC dan Tamaran 50 EC sistemik ke dalam batang pohon pala menggunakan alat bor, dosis yang dimasukkan sebanyak 15–20 cc dan lubang tersebut segera ditutup kembali.
Anai-Anai / Rayap. Hama anai-anai mulai menyerang dari akar tanaman, masuk ke pangkal batang dan akhirnya sampai ke dalam batang. Gejalanya terjadinya bercak hitam pada permukaan batang, jika bercak hitam itu dikupas, maka sarang dan saluran yang dibuat oleh anai-anai (rayap) akan kelihatan. Pengendaliannya dengan menyemprotkan larutan insektisida pada tanah di sekitar batang tanaman yang diserang, insektisida disemprotkan pada bercak hitam supaya dapat merembes kedalam sarang dan saluran-saluran yang dibuat oleh anai-anai tersebut.
Kumbang Aeroceum fariculatus. Hama kumbang berukuran kecil dan sering menyerang biji pala. Imagonnya menggerek biji dan meletakkan telur di dalamnya. Di dalam biji tersebut, telur akan menetas dan menjadi larva yang dapat menggerek biji pala secara keseluruhan. Pengendaliannya dengan mengeringkan secepatnya biji pala setelah diambil dari buahnya.
Penyakit
Kanker batang. Gejalanya terjadi pembengkakan batang, cabang atau ranting tanaman yang diserang. Pengendaliannya dengan membersihkan kebun dari semak belukar, memangkas bagian yang terserang dan dibakar.
Belah putih. Penyebabnya adalah cendawan coreneum sp. yang dapat menyebabkan buah terbelah dan gugur sebelum tua. Gejalanya terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklatcoklatan pada bagian kuliat buah. Bercak-bercak tersebut membesar dan berwarna hitam. Pengendaliannya dengan membuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik dan pengasapan dengan belerang di bawah pohon dengan dosis 100 gram/tanaman.
Rumah Laba-Laba. Menyerang cabang, ranting dan daun. Gejalanya daun mengering dan kemudian diikuti mengeringnya ranting dan cabang. Pengendaliannya memangkas cabang, ranting dan daun yang terserang, kemudian dibakar.
Busuk buah kering. Penyebabnya jamur Stignina myristicae. Gejalanya berupa bercak berwarna coklat, bentuk bulat dan cekung dengan ukuran bercak bervariasi, yakni dari yang berukuran sangat kecil sampai sekitar 3 cm; pada kulit buah tampak gugusangugusan jamur berwarna hijau kehitam-hitaman dan akhirnya bercak-bercak tersebut terjadi kering dan keras. Pengendaliannya dengan kondisi kelembaban di sekitar pohon pala perlu dikurangi, misalnya dengan mengurang kerimbunan pohonpohon lain di sekitar pala dengan memangkas sebagian cabang-cabangnya yang berdaun rimbun, kemudian tanah di sekitar pohon dibersihkan, tidak terdapat gulma atau tanaman-tanaman perdu lainnya, dan buah dan daun pala yang terserang penyakit ini segera dipetik dan dipendam dalam tanah, serta dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida secara yang rutin, yakni 2–4 minggu sekali, baik pada saat ada serangan maupun tidak ada serangan dari penyakit ini, fungsida yang dapat digunakan adalah yang mengandung bahan aktif mancozeb, karbendazim dan benomi.
Busuk buah basah. Penyebabnya jamur Collectotrichum gloeosporiodes, yang menyerang atau menginfeksi buah yang luka. Gejalanya buah pala tampak busuk warna coklat yang sifatnya lunak dan basah; gejala ini timbul pada sekitar tangkai buah yang melekat pada buah sehingga buah mudah gugur. Pengendaliannya dengan busuk buah kering.
Gugur buah muda. Gejalanya adanya buah muda yang gugur. Penyebabnya penyakit ini belum diketahui dengan jelas. Pengendaliannya dengan mengkombinasikan (memadukan) antara pemupukan dan pemberian fungisida.
Panen
Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun telah berproduksi secara menguntungkan. Produksi pada akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon pala terus berproduksi sampai umur 60–70 tahun. Buah pala dapat dipetik (dipanen) setelah cukup masak (tua), yakni yaitu sekitar 6–7 bulan sejak mulai bunga dengan tanda-tanda buah pala yang sudah masak adalah jika sebagian dari buah tersebut tersebut murai merekah (membelah) melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli warna merah. Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3 hari, maka pembelahan buah menjadi sempurna (buah berbelah dua) dan bijinya akan jatuh di tanah. Panen buah pala pada permulaan musim hujan memberikan hasil paling baik (berkualitas tinggi) dan bunga pala (fuli) yang paling tebal.
Pemetikan buah pala dapat dilakukan dengan galah bambu yang ujungnya diberi/dibentuk keranjang. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan memanjat dan memilih serta memetik buah-buah pala yang sudah masak.
Pascapanen
Pemisahan Bagian Buah. Setelah buah-buah pala masak dikumpulkan, buah yang sudah masak dibelah dan antara daging buah, fuli dan bijinya dipisahkan. Setiap bagian buah pala tersebut ditaruh pada wadah yang kondisinya bersih dan kering. Biji-biji yang terkumpul perlu disortir dan dipilah-pilahkan menjadi 3 macam yaitu : yang gemuk dan utuh, yang kurus atau keriput, dan yang cacat.
Pengeringan Biji. Biji pala yang diperoleh dari proses ke-I tersebut segera dijemur untuk menghindari serangan hama dan penyakit. Biji dijemur dengan panas matahari pada lantai jemur/tempat lainnya. Pengeringan yang terlalu cepat dengan panas yang lebih tinggi akan mengakibatkan biji pala pecah. Biji pala yang telah kering ditandai dengan terlepas bagian kulit biji (cangkang), jika digolongkan akan kocak dan kadar airnya sebesar 8–10 %.
Biji-biji pala yang sudah kering, kemudian dipukul dengan kayu supaya kulit bijinya pecah dan terpisah dengan isi biji. Isi biji yang telah keluar dari cangkangnya tersebut disortir berdasarkan ukuran besar kecilnya isi biji. Isi biji yang sudah kering, kemudian dilakukan pengapuran. Pengapuran biji pala yang banyak dilakukan adalah pengapuran secara basah, yaitu : Kapur yang sudah disaring sampai lembut dibuat larutan kapur dalam bak besar/bejana (seperti yang digunakan untuk mengapur atau melabur dinding/tembok). Isi biji pala ditaruh dalam keranjang kecil dan dicelupkan dalam larutan kapur sampai 2–3 kali dengan digoyang-goyangkan demikian rupa sehingga air kapur menyentuh semua isi biji. Selanjutnya isi biji itu diletakkan menjadi tumpukan dalam gudang untuk dianginanginkan sampai kering.
Setelah proses pengapuran perlu diadakan pemeriksaaan terakhir untuk mencegah kemungkinan biji-biji pala tersebut cacat, misalnya pecah yang sebelumnya tidak diketahui. Pengawetan biji pala juga dapat dilakukan dengan teknologi baru, yakni dengan fumigasi dengan menggunakan zat metil bromida (CH3 B1) atau karbon bisulfida (CS2)
Pengeringan Bunga Pala (Fuli). Fuli dijemur pada panas matahari secara perlahan-lahan selama beberapa jam, kemudian diangin-anginkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli itu kering. Warna fuli yang semula merah cerah, setelah dikeringkan menjadi merah tua dan akhirnya menjadi jingga. Dengan pengeringan seperti ini dapat menghasilkan fuli yang kenyal (tidak rapuh) dan berkualitas tinggi sehingga nilai ekonomisnya pun tinggi pula.
Pemecahan Tempurung Biji. Pemecahan tempurung biji pala dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : Dengan tenaga manusia. Cara memecah tempurung dari biji pala dilakukan dengan cara memukulnya dengan kayu sampai tempurung tersebut pecah. Cara memecah tempurung biji pala memerlukan keterampilan khusus, sebab kalau tidak isi biji akan banyak yang rusak (pecah) sehingga kulitasnya turun. Dengan mesin. Cara ini banyak digunakan petani pala. Secara sederhana dapat diterangkan bahwa mekanisme kerja dan alat ini sama dengan yang dilakukan oleh manusia, yakni bagian tertentu dari mesin menghancurkan kulit buah pala sehingga yang tinggal adalah isi bijinya. Keuntungan dari penggunaan mesin adalah tenaga, waktu dan biaya operasionalnya dapat ditekan. Disamping itu kerusakan mekanis dari isi biji juga lebih kecil.

Analisis Ekonomi Tanaman Pala
Standar Produksi
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan. Klasifikasi dan standar mutu, untuk menentukan kualitas dari inti biji pala yang dihasilkan, kriteria yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : bji relatif berat, bentuknya sempurna dan tidak keriput, tidak diserang hama/penyakit, dan tidak pecah/rusak mekanis.
Kriteria untuk menentukan standar kualitas fuli didasarkan pada warna, bentuk serta kematangan dari fuli. Kriteria kualitas fuli adalah : Fuli I (moce one): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli utuh; warnanya bagus (merah), Fuli II (moce two): dari buah yang sudah tua; keadaan fuli tidak utuh lagi, dan Gruis I dan II: fuli hancur; lapuk dan mudah pecah; warnanya hitam. Khusus untuk Gruise II digunakan mesin penghancur untuk lebih menghaluskan fuli.
Kualitas biji pala ditentukan oleh : Jarak tanam, jarak tanam bukan saja mempengaruhi kuantitas, tetapi menentukan kualitas pala yang dihasilkan. Dengan jarak tanam yang rapat biasanya kita akan dapatkan buah-buah yang kecil, pemeliharaan, pemeliharaan juga mempengaruhi kualitas pala yang dihasilkan. Akibat dari pemeliharaan yang tidak baik buah pala mudah diserang oleh hama atau penyakit (terbelah putih) sehingga kualitas buah kurang baik, dan cara pemetikan dan prosesing, buah yang dipetik pada waktu masih muda, biji dan fuli yang kita dapatkan kualitasnya akan rendah. Demikian pula dengan prosesing yang kurang baik, misalnya penjemuran yang dilakukan secara tergesagesa, biji pala yang dihasilkan tentu akan banyak yang pecah.
Pengemasan. Tujuan pengemasan adalah mencegah kerusakan produk hingga ke tangan konsumen. Pengemasan yang umum adalah dengan karung plastik karena dapat mencegah kerusakan dalam waktu yang relatif lama. Pengepakan biji dan fuli pala dilakukan secara sederhana. Pala yang telah disortir dipak dengan menggunakan karung goni berlapis dua. Khusus untuk pengepakan fuli biasanya dilakukan dalam peti kayu (triplek) dengan berat rata-rata 70-75 kg/peti. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan pengepakan adalah : fuli yang akan dipak harus difumigasi terlebih dahulu. Pemberian fumigant pada biji pala dan fuli harus dilakukan di suatu ruang yang tertutup rapat selama 2 x 24 jam. Fumigant yang biasa digunakan adalah Methyl Bromida.

Penutup
Aceh Selatan merupakan penghasil pala terbesar kedua di Indonesia setelah Provinsi Maluku. Sebab, tanaman pala di Aceh Selatan memang hampir merata ditanami masyarakatnya di setiap kecamatan. Sesuai data tahun 1999 lalu luas tanaman pala ini hanya tinggal 8.473 hektar saja. Sedangkan 6.119 hektar di antaranya merupakan tanaman yang masih menghasilkan dengan total produksi mencapai 6.705 ton.
Apabila dibandingkan dengan luas tanaman pala pada tahun 1994 lalu yang mencapai 11.245 hektar tampak ada penurunan yang cukup drastis. Sebab berarti dalam jangka waktu hanya enam tahun sudah musnah 2.772 hektar atau per harinya susut lebih dari 1,265 hektar.
Di Maluku sendiri berdasarkan data tahun 1998 lalu masih ada 17.000 hektar dengan hanya 8.100 hektar yang siap produksi. Sedangkan 4.500 hektar lainnya rusak. Namun demikian produksi per tahunnya bisa mencapai 10.000 ton per tahun atau hanya selisih 2.000 ton dari kebutuhan dunia yang per tahunnya mencapai 12.000 ton.
Dengan kondisi seperti itu, maka baik Maluku maupun Aceh Selatan menjadi tumpuan Indonesia untuk dapat memenuhi kebutuhan pala dunia.


Rujukan
Sunanto,Hatta. Budidaya Pala Komoditas Ekspor . Yogyakarta: kanisius.1993.
Jakarta, Februari 2000
Sayed Mudhahar Ahmad, Ketika Pala Berbunga (Seraut Wajah Aceh Selatan), Pemda Tingkat II Aceh Selatan, 1992
Cut Zahrina, Pengetahuan dan Kearifan Lokal Masyarakat Aceh Selatan Dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Tanaman Pala), Depbudpar, 2006.
Pedoman Taknik Budidaya Pala, Departemen Pertanian, 1974.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar